Memotret Sosial-Budaya Masyarakat Rembang

Menambahi dan melanjutkan catatan sandal sebelumnya, dan kali ini masih berkutat dengan jalan-jalan di kota Rembang. Seperti yang dibilang sebelumnya bahwa kota ini tidak begitu spesial dan tidak unik dalam hal ke-pariwisata-annya. Sehingga cara lain menikmati kota kecil ini adalah dengan melihat kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Lebih-lebih kita mengabadikannya dengan menggunakan kamera sehingga akan menjadi suatu street photography yang bagus dan bahkan mungkin akan bernilai untuk studi mengenai budaya kelak.


Karena keunikan kota Rembang ini menurut pandangan saya terletak di kehidupan sosial masyarakatnya, maka daripada menulis panjang lebar, saya coba untuk memotretnya karena satu lembar foto mengandung ratusan bahkan ribuan makna, hehehe.

Nelayan di sekitar Taman Rekreasi Pantai Kartini.

Nelayan menjadi target utama foto saya kali ini, karena Rembang memang terkenal dengan dunia baharinya. Para nelayan di kota ini masih menggunakan perahu tradisional dan juga kapal motor diesel.

Aktivitas nelayan Rembang dengan perahu tradisional ber-dieseldi Kawasan Bahari Terpadu Desa Tasik Agung, Rembang.



Kapal motor diesel yang sedang dilabuhkan di desa Tasik Agung.

Aktivitas nelayan di pagi hari.

Perahu dan kapal motor diesel yang dilabuhkan ketika para nelayan sudah kembali pulang setelah berhari-hari mencari ikan di laut Jawa.

Meskipun Rembang terkenal akan kehidupan baharinya, ternyata kehidupan pertanian juga tidak kalah menariknya untuk dipotret.
Petani di desa Tireman memulai aktivitasnya.

Petani Rembang menggunakan mesin bajaknya.

Jika di utara banyak masyarakat yang berkarya sebagai nelayan, maka di selatan banyak masyarakatnya yang berkarya sebagai petani, meskipun tipe sawahnya merupakan sawah tadah hujan, dimana kegiatan pertaniannya sangat bergantung pada musim hujan.

Sekian coretan sandal kali ini, nantikan coretan-coretan sandal berikutnya ^^

Share this:

Penulis